Yogyakarta – Jumat, 28 Maret 2020. Foto-foto paramedis memegang kertas bertuliskan “Kalian tetap di rumah untuk kami, kami tetap bekerja untuk kalian” menjadi viral di media sosial beberapa pekan terakhir. Pasalnya, setelah ditemukan pertama kali pada tanggal 27 Desember 2019 di Wuhan-RRC, kasus Covid-19 merebak cepat ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 ini telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi. Pertumbuhan jumlah kasus yang diduga dibawa oleh kelelawar dan trenggiling ini memasuki fase eksponensial dengan jumlah kasus mencapai 600.863 secara global dan 1.046 kasus di Indonesia.
Paramedis kini menjadi garda terdepan khususnya dalam memberikan pelayanan curative (mengobati) pasien suspected corona. Namun tak ayal, kepanikan global tak terhindarkan di Indonesia setelah pemerintah menetapkan social distancing dan istilah bekerja dan belajar di rumah. Istilah panic buying tidak hanya menyasar pada bahan pangan saja, tetapi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker medis, sarung tangan, coverall jumpsuit, desinfektan, hand sanitizer, multivitamin, hingga kacamata google/face shield. Pasokan APD menjadi langka bahkan untuk keperluan Rumah Sakit, akibatnya paramedis menggunakan peralatan seadanya seperti jas hujan dan kantong plastik untuk melindungi diri. Sehingga tenaga medis banyak yang gugur dalam memerangi corona. Tercatat per 27 Maret 2020 sejumlah 10 orang dokter yang menjadi korban jiwa dan enam lainnya positif akibat infeksi virus corona baru.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Koordinator Pengelola Program Magister Sains dan Doktor, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (MD FEB UGM), Nurul Indarti, Sivilokonom, Cand Merc, Ph.D., berinisiatif membuat face shield DIY (do it yourself) bagi Paramedis di Yogyakarta. Bersama Prof. Fathul Wahid, M.Sc., Ph.D., suaminya, dan anak-anak, 40 face shield pertama yang dibuat secara swadaya untuk keperluan paramedis di RS. JIH, RS. PDHI, dan RS. UII. Tidak hanya untuk Rumah Sakit, face shield telah digunakan paramedis di Puskesmas Ngemplak 1 Sleman, Klinik gigi Most Dental, dan Klinik Pratama Tanjung Banyumas. Pembuatan face shield untuk paramedis terus berlanjut mengingat tingginya keperluan APD tersebut bagi paramedis. Tercatat sudah 160 face shield telah didistribusikan hingga 28 Maret 2020.
Pada kesempatan wawancara secara online, lulusan Universitatis Groninganae ini, mengatakan “Terkait kebutuhan APD sudah saya prediksi karena informasi dari salah satu whatsaap group, namun sungguh puas dan terharu rasanya karena produk yang kami buat dari rumah dapat dipakai paramedis”. Ditengah kesibukan mengajar secara daring dan melakukan manajemen strategis Program MD FEB UGM, penerima Grant penulisan buku dari Kementerian Hukum dan HAM RI pada tahun 2018 ini, memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat sebagai wujud implementasi Tridharma Perguruan Tinggi “Pengabdian Kepada Masyarakat”.
Pandemi yang menjadi momok global yang memaksa masyarakat melakukan social distancing kiranya tidak menghambat untuk terus berbagi dan saling menguatkan. (RP)
#BanggaJadiMD #KitaBisa #KitaKuat