Yogyakarta-Jumat, 15 November 2019. Program Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MD FEB UGM) mengadakan kuliah umum bertema “Menuju Kesepakatan Besar Reformasi Ketenagakerjaan”. Hadir sebagai pembicara utama,Vivi Alatas, Ph.D., Former Lead Economist Bank Dunia, dan Pendiri IYKRA dan dimoderatori langsung oleh Dr. Elan Satriawan, M.Ec. Tidak hanya diminati para mahasiswa, beberapa dosen pun antusias berpartisipasi dalam kelas tersebut, seperti Prof. Catur Sugiyanto, M.A., Ph.D., Ketua Program Doktor Ilmu Ekonomi, Eny Sulistyaningrum, M.A., Ph.D., Dr. Evita Hanie Pangaribowo, MIDEC, dan Gumilang Aryo Sahadewo, M.A., Ph.D.
Berdurasi 2 jam, kuliah umum tersebut membahas mulai dari tantangan pekerja Indonesia hingga pentingnya membangun strategi ketenagakerjaan. Vivi menegaskan bahwa Indonesia saat ini memerlukan reformasi kebijakan ketenagakerjaan. Pasalnya, kesempatan kerja di Indonesia dirasa masih sangat kurang dan maraknya proses rekrutmen informal berdasarkan kenalan. Tidak hanya itu, pekerjaan yang ada pun belum sepenuhnya melindungi pekerja. “Lapangan kerja di Indonesia ini masih didominasi oleh low-productivity sectors. Kalau kita bicara data, hampir 30% pekerjaan masih berasal dari sektor pertanian yang output per pekerjanya hanya 1/3 dari sektor industri pengolahan,” tambahnya.
Lebih jauh, Vivi menambahkan tantangan besar yang dihadapi saat ini para pekerja Indonesia. Pertama, mutu pendidikan yang rendah sehingga pekerja kurang memiliki keterampilan dasar yang memadai. Kedua, potensi generasi muda yang tak termanfaatkan dengan optimal. Ketiga, peraturan ketenagakerjaan yang menciptakan situasi sama-sama rugi. “Seperempat dari generasi muda berusia 15-24 tahun kita ini menganggur. Bahkan ketika mereka menemukan pekerjaan pun, itu dua pertiganya mengandalkan koneksi pribadi bukan melalui saluran pencarian pekerjaan formal” imbuh Vivi.
Oleh karena itu, Vivi dengan tegas mengatakan kepada seluruh peserta kuliah bahwa Indonesia memerlukan strategi ketenagakerjaan yang melibatkan para stakeholders, mulai dari pekerja dan serikat kerja, pemberi kerja, hingga pemerintah. Dibutuhkan sebuah kesepakatan besar terkait strategi ketenagakerjaan di mana semua pihak mencapai kondisi yang sama-sama untung. Kesepakatan yang akan dicapai juga harus menyelaraskan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang. “Kita butuh mendudukan para stakeholders yang memiliki ekspektasi berbeda-beda tersebut untuk membuat strategi ketenagakerjaan yang win-win solution,” kata wanita berkacamata tersebut. (MST-RP)