Prof. Dr. Catur Sugiyanto, M.A., pakar Ekonomi Pertanian dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, menjadi pembicara dalam konferensi internasional 2nd International Congress of Finance and Tax yang berlangsung pada 8-10 November 2024 di Selcuk University, Konya, Turki.
Pada kesempatan tersebut, Beliau mempresentasikan topik berjudul “Farming and (Sustainable) Village Tourism”, yang berfokus pada upaya menjaga keberlanjutan sumber daya alam di desa wisata dengan contoh Desa Wisata Tinalah. Beliau menyoroti pentingnya kolaborasi jangka panjang antara pengelola desa wisata dan pemilik lahan pertanian untuk mendukung keberlanjutan ekonomi pedesaan yang berbasis pertanian dan pariwisata.
Beliau menjelaskan bahwa perubahan preferensi wisatawan menuju kegiatan yang lebih petualangan dan berbeda dari rutinitas sehari-hari telah membuka peluang bagi pengembangan desa wisata. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, saat ini terdapat lebih dari 1.836 desa wisata di Indonesia. Kondisi alam yang beragam, seperti perbukitan, lembah, kebun buah, lereng sawah, dan sungai, menjadi daya tarik utama desa wisata, didukung oleh kegiatan pertanian dan budaya lokal. Desa Wisata Tinalah, yang dikelola oleh anak-anak muda setempat dengan memanfaatkan teknologi informasi, menawarkan kegiatan populer seperti berkemah, arung jeram, hiking, hingga tinggal bersama penduduk desa dan berkegiatan bersama petani.
Namun, beliau menekankan bahwa keberlanjutan desa wisata dan kegiatan pertanian di pedesaan
menghadapi tantangan dan persaingan yang ketat. Dalam paparannya, Beliau menggarisbawahi bahwa bentuk kerja sama atau kontrak antara pemilik lahan dan kelompok pengelola wisata sangat penting untuk menjaga keberlanjutan desa wisata. Kerja sama ini bisa dalam bentuk izin untuk mengunjungi lahan pertanian, atau pemilik lahan menjadi pemandu wisata di lahannya.
Selain itu, pengembangan desa wisata menghadirkan tantangan tersendiri, seperti dorongan untuk membuka bisnis baru atau menjual lahan, yang bisa berdampak pada daya tarik wisata desa. Di satu sisi, munculnya kafe dan restoran dapat menyediakan fasilitas tambahan bagi wisatawan. Di sisi lain, hal ini bisa menurunkan keaslian dan kualitas fasilitas desa wisata. Karena itu, beliau menyarankan agar kerja sama jangka panjang antara pengelola desa wisata dan pemilik lahan pertanian dipertahankan, didukung dengan penegakan aturan zonasi lahan untuk menjaga keberlanjutan desa wisata dan kegiatan pertanian di dalamnya.
Penelitian ini juga mendukung pencapaian beberapa SDGs, termasuk SDGs nomor 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dengan mempromosikan aktivitas ekonomi lokal yang berkelanjutan, SDGs nomor 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan) melalui pengelolaan desa wisata yang berwawasan lingkungan, serta SDGs nomor 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) dengan menekankan pentingnya keberlanjutan dalam penggunaan sumber daya alam. Partisipasi Prof. Dr. Catur Sugiyanto dalam konferensi internasional ini merupakan wujud kontribusi FEB UGM dalam menyuarakan pentingnya keberlanjutan sumber daya alam dan bisnis pariwisata pedesaan, terutama dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.