Dalam rangka peningkatan kinerja riset, 11 perguruan tinggi dari tujuh negara sepakat membangun kerjasama dalam sebuah konsorsium. Anggota korsorsium ini adalah Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Gadjah Mada (UGM) (Indonesia), Universiti Teknologi Malaysia, Universiti Teknologi MARA (Malaysia), International College of National Institute of Development Administration (ICO NIDA), Burapha University (Thailand), University of Economics in Bratislava, Matej Bel University in Banská Bystrica (Slovakia), Warszaw School of Economics (Polandia), University of Bath (Inggris), dan University of Clermont Auvergne (Prancis).
“Proyek ini didukung dengan pembiayaan dari Uni Eropa, dan berlangsung selama tiga tahun”, ungkap Anetta Caplanova, koordinator proyek dari University of Economics in Bratislava, dalam jumpa pers yang dilaksanakan di Perpustakaan Universitas Islam Indonesia pada 21 November 2017. “Inisiatif ini masuk dalam skema pendaan Erasmus+ Capacity Building in Higher Education, yang secara rutin ditawarkan oleh Uni Eropa,” tambah Anetta.
Nurul Indarti, koordinator lokal UGM, menyatakan, “Hasil akhir proyek ini adalah pembuatan material pelatihan tentang evaluasi kinerja dan strategi peningkatan riset. Kita berharap modul ini menjadikan proyek ini lestari”.
“Pembuatan modul diawali dengan beberapa workshop yang memetakan kondisi setiap universitas, sehingga diharapkan modul relevan dengan konteks. Workshop telah dilakukan sebanyak tiga kali, di Bratislava, Slovakia, pada Maret 2017; Kuala Lumpur, Malaysia, pada Agustus 2017; dan pekan ini di Yogyakarta”, tambah Fathul Wahid, koordinator lokal UII.
Acara pada 20-24 November 2017 ini diisi dengan joint management meeting yang mengevaluasi pelaksanaan satu tahun lalu, dan merencanakan aktivitas pada tahun kedua. Proyek akan berakhir pada Oktober 2019. Selain itu, acara juga diisi dengan open workshop tentang pengukuran dampak riset. Workshop ini bersifat terbuka. Selain diikuti oleh anggota korsorsium, workshop ini juga akan diikuti oleh lebih dari 15 universitas dan lembaga riset dari Malaysia dan Indonesia di luar konsorsium. “Workshop ini termasuk dalam strategi diseminasi kami. Kami berharap sebanyak mungkin universitas mendapatkan manfaat dari proyek ini,” ungkap Anetta.
“Untuk mendukung pelatihan peningkatan riset, Uni Eropa juga mendukung pengadaan alat, seperti komputer dan fasilitas konferensi video. Inisiatif penting bagi universitas yang masih tertinggal dalam kinerja riset”, ungkap Nurul.
“Pengadaan infrastruktur ini diharapkan dalam menjamin keberlangsungan transfer keterampilan dalam riset dan menjangkau sebanyak mungkin penerima manfaat, termasuk dosen dan mahasisiwa. Kita berharap ini dapat mempercepat universitas di Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari universitas dunia yang sudah maju,” timpal Fathul.
Informasi detil kegiatan korsorsium dan materi workshop dapat dilihat dan diunduh secara gratis di repesea.org.